Minggu, 25 Agustus 2013

Bahayanya Ganguan Syetan



Bismillahirrahmaanirrahiim...
Pernahkah kita menyadarinya bahwa syetan itu sebagai musuh kita dan dapat menjerumuskan dalam kepedihan yang jauh dari indahnya surge bahkan Ia membuat kita bisa masuk Neraka ….???

" Pintu-Pintu Masuknya Syetan Ke Manusia " antara lain :
1. Al jahlu (kebodohan)
2. Al ghadhab (marah)
3. Hubbud dunya (gila dunia)
4. Thulul amal (panjang angan-angan)
5. Al hirshu (tamak)
6. Al bukhlu (pelit)
7. Al kibru (sombong)
8. Hubbul madhu (gila pujian)
9. Ar riyaau (pamer)
10. Al 'ujubu (bangga diri)
11. Al jaza'u wal hala'u (panik dan galau)
12. Ittiba'ul hawa (menuruti nafsu)
13. Su udz dzon (prasangka buruk)
14. Ihtiqorul muslim (merendahkan orang islam)
15. Ihtiqorudz dzunub (meremehkan dosa)
16. Al amnu min makrillah (merasa aman dari ancaman ALLAH)
17. Al qunuth min rahmatillah (pesimis dari rahmat ALLAH)

Senin, 22 Juli 2013

Lantunan syair Buat Sahabat SKY Five 1434 Hj


Sahabat SKY five .......
Andai rembulan bisa kuhentikan
dia akan kuhentikan
hingga tak akan datang hari lebaran

sampai kata maaf kau berikan
Tapi rembulan tak bisa kuhentikan
karenanya hanya tersisa harapan
kebaikan hatimu untuk memaafkan

Sahabat SKY five ..........
Kata-kata marah
membuat hati gundah
Kata-kata indah
membuat hati merekah
Kata-kata kaumaafkan segala salah
membuat hari lebaran cerah

Sahabat SKY five ..........
Berenang di samudera biru
sungguh menyenangkan
Namun berenang di samudera maafmu
jauh lebih menakjubkan

Sahabat ku.......
Simpatimu sungguh mengagumkan
Sopan santunmu indah menawan
Tutur katamu hangat menentramkan
Maaf yang kauberikan
membuat hari lebaran mengesankan

Sahabat SKY five ..........
Bila Sebutir kelapa
Segelas gula
Sesendok vanila
Kumasak jadi geplak
Kuhadiahkan di hari fitri
untuk sarapan pagi.
Sambil kuharap kau sudi
memberiku pengertian
dan pengorbanan
dengan melupakan
semua kesalahan masa silam

Sahabat SKY five ..........
Mungkin Pengertian
Pengorbanan
Mendengarkan
Memaafkan
Hanya itu yang bisa kutawarkan
di hari lebaran

Saudaraku......Puasa melatih menahan keinginan
Tarawih melatih tabah lawan kelelahan
Tadarus melatih sabar lawan kemalasan
Ramadhan adalah hari pelatihan
Lebaran adalah saat kemenangan
Selamat merayakan hari Lebaran
Mohon maafkan segala kesalahan

Sahabat Abaha yang baikhati........
Andai waktu mau berhenti sejenak
Kita bisa lebih lama nikmati ramadhan
Tapi waktu tak mau kompromi
Telah datang hari Idul Fitri
Doaku untuk keberhasilan kita melatih diri
Semoga puasa membuat hidup kita lebih berarti

Sahabat SKY five ..........
Duhai cinta yang meraja
di bulan puasa
Setelah hari raya tiba
janganlah kau pergi
dan membuatku merana
karena jauh dari Sang Pencipta

Sahabat SKY five ..........
Lapar tak terasa
lelah tak membuat putus asa
kantuk tak membuat terlena
Karena nikmat mencintai-Nya
meraja di bulan puasa
Semoga tak pergi setelah hari raya

Sahabat SKY five ..........
Allah yang maha penyayang
turunkan hujan ampunan
di bulan ramadhan.
Dirimu yang penuh kemaafan
kumohon keikhlasan
merelakan segala kesalahan
yang pernah kulakukan

Sahabat SKY five ..........
Aku tahu pasti
kau berat hati
melupakan pedihnya
sayatan kekhilafanku
yang membuat hatimu
berdarah-darah luka.
Namun aku tidak putus asa
dengan penuh kerendahan hati
mengemis kebaikanmu
mengharap kerelaanmu
membuka gerbang hati
di hari raya fitri

Sahabat SKY five ..........
Indahnya lebaran karena kau bersedia mendengarkan
Cerianya lebaran karena kata-kata indah yang kau ucapkan
Hangatnya lebaran karena pengertian yang kau tawarkan
Lengkapnya lebaran hanya setelah maafmu kau berikan
Kemudian.....
Allah menunjukkan jalan kebenaran
dengan menurunkan Al Quran
Menusia meraih kebahagiaan
dengan meniti jalan kebenaran
Hari lebaran akan penuh kebahagiaan
bila kau maafkan segala kesalahan
Jikalau itupun....
Ulurkan tanganmu
terima rasa sesalku
atas semua kesalahanku
yang kulakukan padamu

Sahabat Abah yang Bahagia slalu......
Harya Penangsang
ksatria gagah dari Jipang,
Kudanya Gagak Rimang
berlari kencang bagi terbang
Kesalahanku bergantang-gantang
mohon dibiarkan hilang dari pandangan
Noda dosaku yang bagai bayangan
mohon dihapuskan dengan cahaya terang

Sahabat SKY five ..........
Perut melilit lapar
Kerongkongan kering
Mata berat bekas tadarus
Namun tangan tetap gagah
menyandang senapan
Tubuh tetap tabah berlari kencang
melawan serbuan tank penjajah
yang menjarah rayah tanah.
Rayakan Idul Fitri
dengan niat suci
bebaskan Masjid Kota Suci
dari cengkraman penjajah keji

Sahabatku......
Disini aku berdiri
penuh kesadaran diri
atas banyaknya duri-duri
kutancapkan melukai hati
Demi hubungan baik kita
kumohon di hari lebaran
sudilah kau hapuskan
semua dosa dan kesalahan
yang pernah kulakukan........

Universitas-universitas Kelas Dunia



Hegemoni Intelektual Pasca Kolonial

Andaikata bangsa Indonesia menjadi penjajah bangsa-bangsa di dunia, dipastikan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional yang diberlakukan secara universal di semua perguruan tinggi. Sayang hal itu tidak terjadi dan tidak akan pernah terjadi, sehingga bahasa pengantar internasional di dunia perguruan tinggi, mau tidak mau, suka atau tidak suka harus bahasa Inggris.

Realitas ini menjadi salah satu alasan mengapa universitas-universitas yang dikategorikan kelas dunia didominasi oleh negara-negara di kawasan atau belahan dunia yang menggunakan bahasa pengantar akademiknya “ bahasa Inggris”. Penentuan kriteria untuk masuk dalam daftar rangking universitas kelas dunia pun dengan sendirinya mengandung bias yang tidak bisa terelakan.

Tiga tulisan karya Prof. CW Watson dari ITB sekaligus sebagai profesor emeritus Sekolah Antropologi dan Administrasi Universitas Kent,UK, di bawah judul asli “Does Indonesia need world-class universities?” dan Prof. Hafid Abbas dari Universitas Negeri Jakarta, mantan Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan HAM , juga mantan konsultan UNESCO di wilayah Asia Pasifik dibawah judul “Compulsary reasearch publications for all students faces a long road” , dan tulisan karya Wahyudi Wibowo , dosen UPH Surabaya, peserta program doktor di Departemen The International Trade and Commerce Kyungsung University di bawah judul “Don’t push them all to be scientist”.

Ketiga tulisan tersebut dimuat secara bersamaan dalam harian The Jakarta Post tanggal 3 Maret 2012 , karena paket temanya terkait dengan issu kontroversial tentang “kewajiban pemuatan tulisan skripsi, tesis dan disertasi dalam jurnal ilmiah, baik lokal, nasional maupun internasional sesuai dengan program strata kesarjanaan yang ditempuh mahasiswa yang bersangkutan.

Indonesia memerlukan universitas-universitas kelas dunia?

Watson mengajukan pertanyaan “Apakah Indonesia memerlukan universitas-universitas kelas dunia?” Jawabannya tidak. Menurutnya yang diperlukan Indonesia adalah suatu sistem pendidikan tinggi yang terbaik atau unggul ( excellent ). Jawaban empatik ini nampaknya seperti paradoksal: unggul tapi tidak kelas dunia, tetapi kelas dunia tidak berarti terbaik.

Tentang hal ini beliau lebih jauh mengajukan beberapa argumen mendasar, bahwa kelas dunia berarti faktanya menunjukkan baik menurut kriteria tertentu yang ditetapkan oleh majalah Times Higher Education (THE) dan QS yang kedua-duanya secara teratur mempublikasikan daftar universitas yang termasuk rangking top dunia. Cara penentuan kriteria tersebut dianggapnya sebagai masalah besar dan ini alasan-alasan mendasar yang dikemukakannya:

Seleksi tentang kriteria, standard rangking yang ditetapkan. Sebagai contoh, salah satu kriterium pengeluaran biaya per mahasiswa: Akibatnya makin banyak uang yang dikeluarkan oleh suatu universitas bagi setiap mahasiswa untuk pendidikan dan peluang ekstrakurikuler, maka makin tinggi nilai tentang kriterium tersebut. Konsekuensinya, universitas-universitas yang memiliki yayasan paling kayalah, seperti Harvard, nilainya sangat tinggi. Apakah ini ukuran bagus tentang kualitas pendidikannya? Apakah yang harus dihitung jumlah uang atau kualitas pembelajaran dan pengajarannya?

Kriterium lain adalah jumlah staf pengajar dan mahasiswa luar negeri di suatu universitas. Lagi-lagi satu kriterium yang mengherankan. Mengapa tentang jumlah? Apakah kualitas pendidikan betul-betul dipengaruhi oleh jumlah staf pengajar dan mahasiswa luar negeri. Kriterium ini mengandung bias nyata universitas-universitas yang berorientasi Inggris. Akibatnya perpindahan mahasiswa dan staf pengajar secara global hanya dapat difasilitasi oleh ketersediaan suatu bahasa akademik universal, yaitu Inggris. Apakah ini berarti universitas-universitas di belahan dunia lain, seperti Cina dan Jepang, Mesir dan negara-negara timur tengah, Asia dan mungkin juga Indonesia yang menggunakan bahasa pengantar proses belajar mengajar dalam bahasa nasionalnya masing-masing, yang de facto staf pengajar dan mahasiswa luar negerinya lebih sedikit, tidak bisa sama baik atau unggul seperti universitas-universitas yang menggunakan bahasa pengantar Inggris ? Ini peringatan, bahkan pukulan terhadap upaya hegemoni intelektual pasca kolonial.

Kriterium Kontroversial

Ketika Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 27 Januari 2012 mengeluarkan surat edaran kepada semua Rektor dan Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi, yang menyatakan mulai Agustus tahun ini semua mahasiswa yang menempuh program sarjana strata satu dan pasca sarjana harus mempublikasikan karya ilmiah mereka dalam jurnal akademik sebagai suatu syarat kelulusannya. Kebijakan ini telah menuai reaksi keras bukan kepalang, karena semua lulusan universitas dituntut harus mempublikasikan karya riset ilmiahnya sebelum mereka dinyatakan lulus. Sudah tentu ini tidak memecahkan masalah. Memang, bahwa hasil riset harus menjadi salah satu kriteria untuk membedakan antara pendidikan tinggi yang baik dalam hal riset dan universitas yang tidak baik adalah sangat masuk akal.

Prof Hafid Abbas sejalan dengan pandangan tersebut, bahwa siapa pun tidak dapat menolak kebijakan tersebut, tetapi kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus realistik dalam menentukan parameter dasar tentang lembaga pendidikan tinggi. Sebagai contoh ia mengutip harian Kompas 17 Februari 2010, yang mengungkapkan ada sekitar 6000 program studi yang tidak terakreditasi atau illegal, sekitar 50-60 persen dari semua tenaga pengajar di perguruan tinggi tidak qualified ( pendidikan sarjana strata satu ), dan hanya sekitar 6-7 persen dari 17000 -18000 program studi yang memperoleh akreditasi unggul. Program studi tersebut dikelola oleh dua kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, dan kementerian Agama. Jika Undang-Undang No 14/2005 tentang Guru dan Dosen dilaksanakan secara konsisten, maka 50-60 persen dari 233.000 dosen yang tersebar di semua lembaga pendidikan tinggi negeri dan swasta harus dipindahkan atau ditugaskan ulang menjadi guru sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.


Kondisi demikian, menurut Prof. Hafid, sangat mengkhawatirkan jika kebijakan wajib mempublikasikan karya akhir studi terhadap semua mahasiswa, karena bisa jadi dapat menimbulkan keresahan di antara 5 juta mahasiswa di dalam negeri. Tidak ada jalan lain yang harus ditempuh kecuali dengan pendekatan selangkah demi selangkah. Misalnya dimulai secara bertahap dari program doktor, kemudian program magister, dan terakhir untuk tingkat program sarjana strata satu.

Ia yakin, bahwa publikasi dapat menjadi kondisi dasar bagi karir dan promosi. Dengan demikian tradisi akademik yang kuat di setiap universitas dan lembaga pendidikan tinggi dapat dikembangkan. Di samping itu kementerian harus mengadopsi reformasi komprehensif dalam mengelola semua lembaga pendidikan tinggi, khususnya dalam hal pengembangan kurikulum dan metodologi pengajaran dan pembelajaran, yang dapat mendukung kreativitas budaya menulis.

Namun Prof Watson mengingatkan, bahwa evaluasi tentang riset adalah suatu ukuran yang bukan seberapa baik suatu universitas, tetapi seberapa baik lembaga risetnya. Universitas-universitas lebih dari hanya sekedar lembaga riset: Universitas adalah tempat untuk mendesiminasikan pengetahuan dan pelatihan mahasiswa sebagai spesialis keterampilan dan kemampuan.

Watson menawarkan usul simpatik: Jika Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi ingin memperbaiki kualitas riset seyogyanya memberikan dukungan nyata kepada individu-individu dan tim melalui sistem dewan riset dan menawarkan insentif yang tepat guna ( appropriate ). Dalam waktu yang bersamaan juga diusulkan perlunya membangun pusat-pusat riset yang unggul di universitas-universitas tertentu yang mengonsentrasikan pada sumber daya dan mempromosikan riset kualitas tertinggi.

Sementara itu Prof. Hafid Abbas menyatakan keprihatinannya, bahwa tren pusat-pusat unggulan menunjukkan adanya disorientasi. Ia memberi contoh, konsentrasi unggulan bidang pertambangan tidak relevan kalau adanya di UI, tetapi harus di universitas Cendrawasih. Begitu pula pusat unggulan bidang kelautan mestinya bukan di IPB , tapi di universitas Pattimura. Bahkan ia menyayangkan adanya disorientasi Universitas Islam Negeri yang tidak lagi konsentrasi pada bidang pendidikan keagamaan seperti ketika masih bernama IAIN. Menurut Wahyudi Wibowo, aturan baru Dirjen Dikti tentang kewajiban mempublikasikan karya akhir di jurnal ilmiah menjadi syarat kelulusan mengandung dua kekurangan dalam berpikir.

Yang pertama, regulasi tersebut menganggap, bahwa tujuan pendidikan tinggi untuk menghasilkan hanya para ilmuwan. Kedua, jumlah yang lebih besar dari tulisan ilmiah yang dihasilkan oleh universitas akan menimbulkan kemajuan yang lebih baik dalam pembangunan ekonomi. Profesor, dosen dan mahasiswa melakukan riset, tetapi universitas sesungguhnya mempunyai misi lain, yaitu mendidik mahasiswa dengan pengetahuan esensial dan untuk melatih mereka menjadi mampu berpikir dalam cara ilmiah. Bukan semua didorong untuk menjadi ilmuwan.

Mengapa Indonesia dan negara-negara lain tidak menunjukkan baik dalam tabel liga dunia universitas dan merasa begitu perlu memperbaiki rangking dan posisinya? Alasannya menurut Watson, pasti adalah kebanggaan dan prestise nasional. Ia menegaskan, bahwa hakekat sistem pendidikan tinggi nasional harus tidak ditentukan oleh strategi dan berupaya untuk memperbaiki rating demi kebanggaan nasional. Akan tetapi harus ditentukan oleh kebutuhan dan tuntutan negara dan ketersediaan sumber daya. Kebutuhan Indonesia adalah jelas; membutuhkan angkatan kerja terdidik untuk mengembangkan sumber daya alamnya dan memperluas ekonominya untuk meningkatkan standar kesejahteraan, dalam rangka memperbaiki kualitas kehidupan bagi semua warga negaranya.

Minggu, 21 Juli 2013

Hak dan Kewajiban Warga Negara



UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003
TENTANG : SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Hak dan Kewajiban Warga Negara
Pasal 5
  1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
  2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/ atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
  3. arga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
  4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
  5.  Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.


"JANGAN MENGELUH  untuk mendapatkan pendidikan disekolah negeri  dikarenakan pemerintah mempasilitasi masyarakat yang tidak mampu (pemegang jamkesda/jamkesmas) sehingga mengurangi kuota untuk orang yang tergolong mampu"


"buka hati telaah dengan teliti, sekolah negeri adalah sekolah yang dipasilitasi oleh pemerintah untuk seluruh kalangan masyarakat dikarenakan semua memiliki hak yang sama"
 Sekolah negeri bukan HANYA diperuntukan warga Negara miskin semata dan Sekolah swasta bukan diperuntukkan hanya Warga Negara yang kaya saja.

"sekolah negeri adalah sekolah rakyat (sr) yang mempasilitasi pendidikan untuk berbagai kalangan baik rakyat elite atau jelata wong gede maupun wong cilik yang penting bangsa dan rakyat Indonesia, tetapi  untuk masyarakat yang tidak mampu bukan berarti sekolah negeri diperuntukan untuknya secara khusus melainkan pemerintah mampu membiayai pendidikannya dengan bantuan pendanaan secara khusus sebagai dana jejaring social pendidikan bahkan simiskin mestinya punya akses untuk masuk di sekolah negeri ataupun swasta yang bonavide sekalipun di negeri ini dengan diberikannya  jaminan pembiayaan pendidikan dari NEGARA lho"

"jauhkan pemikiran egois yang dapat memarginalkan orang-orang yang tidak mampu atau sebaliknya  dan jangan pula memanipulasi diri untuk mendapatkan simpati dan belas kasih"

Saudaraku pendidikan itu memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan hal itu merupakan  investasi buat masa depan anak kita. Kalau bicara bahwa pendidikan itu merupakan investasi, mestinya kita akan sadar bawa kualitas gratisan dengan kualitas berbayar pastilah akan beda, terlebih dalam nilai keberkahan hasil pendidikan anak bila dengan awalnya salah baik cara atau langkah pencapaiannya tentunya kita akan bayangkan bagaimana hasilnya. Kesuksesan bagi anak perlu direncanakan, diprogramkan, kemudian diimplementasikan dengan kaidah agama, social dan hokum.yang jelas berikan pendidikan yang benar dan terbaik bagi putra-putri kita.

Saudaraku benarkah kalau kita memanipulasi data diri siswa atau anak kita karena sekedar untuk masuk sekolah tertentu….???

Ingat….
awal jujur dan baik akan memetik panen dari kebaikan penuh hikmah atas keridhoan Tuhan
asal tidak jujur, menipu dan penuh keburukan mestinya akan panen dari keburukan, laknat dan azab yang memilukan sebagai buah hasil karyanya.

Selamat berjuang untuk mendapatkan kebaikan dengan benar  karena keber untungan dan kesuksesan itu sangat dekat kepada orang-orang yang beriman.